/*! elementor - v3.18.0 - 20-12-2023 */ .elementor-widget-image{text-align:center}.elementor-widget-image a{display:inline-block}.elementor-widget-image a img[src$=".svg"]{width:48px}.elementor-widget-image img{vertical-align:middle;display:inline-block}
Pengajian rutin adalah kegiatan mengaji, mempelajari agama yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Pengajian berasal dari kata “kaji” yang memiliki arti pengajaran. Secara umum pengajian dapat diartikan sebagai aktivitas belajar dan menimba ilmu untuk mengetahui lebih dalam lagi seputar ajaran agama Islam.
Minggu, 28 Januari 2024 Pukul. 08.30 WIB bertempat di halaman Masjid At-Taqwa Jalan Budi Utomo Kelurahan Margodadi Kecamatan Metro Selatan Kota Metro Lampung dilaksanakan Pengajian Rutin dan Harlah Muslimat NU sekaligus memperingati Isro' Mi'raj Nabi Muhammad SAW dengan Penceramah Bapak Kiay AQIM MUSHOLAH, S.Pd.i.
Dalam siraman rohani beliau menyampaikan mengajak jamaah yang hadir pada kesempatan tersebut untuk senantiasa mengingkatkan iman dan taqwa kepada Sang Pencipta Allah SWT. Segala sesuatu yang Allah kehendaki pasti menyimpan hikmah di baliknya. Isra Mi’raj menjadi salah satu peristiwa penting bagi umat Islam. Momen yang diperingati setiap tanggal 27 Rajab ini terjadi pada malam hari sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 1 yang artinya: “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sungguh Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Berikut adalah delapan hikmah dibalik peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:
Pertama, tingginya derajat kehambaan. Dalam surat Al-Isra’ ayat satu yang mengisahkan peristiwa Isra' Mi’raj, kata yang digunakan untuk menyebut Nabi Muhammad saw adalah ‘abdun’ yang berarti hamba. Ini menunjukkan hamba yang benar-benar bertakwa kepada Allah mendapat derajat begitu luhur di sisi-Nya. Penyebutan kata 'abdun' yang ditunjukkan untuk Nabi Muhammad tidak hanya terdapat dalam surat ini saja, dalam surat lain seperti Al-Baqarah ayat 23 dan Al-Jin ayat 19 juga demikian.
Kedua, pembekalan dakwah yang tangguh. Sebelum peristiwa Isra' Mi’raj, orang-orang yang Nabi cintai dan mendukung misi dakwahnya sepenuh hati silih berganti meninggal dunia, di sisi lain penindasan kaum Quraisy semakin hebat. Ujian bertubi-tubi yang Allah lakukan ini agar Nabi benar-benar tangguh dalam berdakwah.
Ketiga, menyampaikan kebenaran meskipun pahit. Begitu pagi setelah malam Isra' Mi’raj, Nabi mengabarkan apa yang baru dialaminya ke penduduk Makkah. Praktis, banyak orang yang tidak percaya dengan kabar ‘tidak masuk akal’ ini. Ini menunjukkan bahwa kebenaran harus tetap disampaikan, meskipun banyak mendapat penolakan.
Keempat, syariat Nabi Muhammad menghapus syariat nabi-nabi terdahulu. Saat peristiwa Isra' Mi’raj, Rasulullah saw menjadi imam shalat bagi nabi-nabi terdahulu. Ini bukti bahwa mereka tunduk dan mengikuti risalah Nabi Muhammad saw sekaligus menjadi isyarat bahwa syariatnya telah menghapus syariat nabi-nabi sebelumnya.
Kelima, keistimewaan Masjidil Aqsha bagi umat Muslim. Dalam perjalanan Isra’, masjid yang berada di Palestina itu menjadi tempat tujuan Nabi, sebelum akhirnya bertolak ke Sidratul Muntaha. Ini merupakan indikasi betapa mulianya masjid tersebut. Bahkan masjid ini pernah menjadi kiblat shalat sebelum akhirnya berganti Ka’bah. Pahala shalat Baitul Maqdis (Masjid al-Aqsha) juga 500 kali lipat dibanding masjid biasa.
Keenam, Islam merupakan agama yang suci. Ketika Nabi Muhammad saw diberi pilihan antara air susu dan khamr saat Mi’raj di , Nabi lebih memilih susu. Kemudian Malaikat Jibril as berkata, “Engkau telah diberi hadiah kesucian.” Ini sebagai isyarat bahwa Islam adalah agama suci (fitrah).
Ketujuh, pentingnya persoalan shalat. Malam Isra' Mi’raj merupakan waktu disyariatkannya shalat lima waktu secara langsung, tanpa melalui perantara Malaikat Jibril sebagaimana syariat-syariat lainnya. Ini menunjukkan betapa shalat memiliki kedudukan sangat penting bagi umat Islam.
Kedelapan, memantapkan Nabi Muhammad saw. Sebelum Mi’raj, Rasulullah hanya mendengar info terkait surga, neraka, dan hal-hal gaib lainnya melalui wahyu. Ini namanya ‘ilmul yaqin, Nabi mengimaninya tapi belum melihat langsung. Ketika Mi’raj, Rasulullah saw melihat langsung dengan mata kepala beliau sendiri. Ini namanya ‘ainul yaqin. Ketika seseorang sudah sampai pada ‘ainul yaqin, maka kemantapan atas apa yang diyakininya semakin kuat.
Release by: NAWRE-SANIP